Selasa, 29 Maret 2011

Patelele..??


Waktu masih kecil dulu aq sering mainan patelele.. hmm.. udah lama banget, sedikit lupa siih.. tapi ga pa pa, coba kuingat  kalo gak salah seperti begini..

Tempat main,
· Lapangan yang luas, merupakan tanah datar dengan permukaan rata.
· Permukaan lapangan bukan berupa rumput, atau aspal, atau beton cor yang keras.. tapi hanya berupa tanah kering yang rata dengan satu lobang ditanah dijadikan sebagai pusat permainan.
· Lubang permainan berbentuk seperti kue ‘pukis’.
· dengan ukuran: panjang ± 10 – 15 cm; lebar ± 3 - 6 cm; dan kedalaman ± 3 - 5 cm.

Cara main,
Babak I, mencungkil;
· Kayu pendek di taruh diatas lubang dengan posisi melintang.
· Kayu panjang dipergunakan sebagai pengungkit, sehingga kayu pendek terlempar jauh.
· Cungkilan harus sekuat-kuatnya agar mempunyai nilai tinggi. Semakin jauh kayu kecilnya dari pusat permainan semakin besar nilainya.
· Lemparan kayu pendek jangan sampai tertangkap oleh lawan, seandainya tertangkap maka akan mati dan ganti menjadi posisi penangkap.

Babak II, memukul;

Senin, 28 Maret 2011

PATELELE ada juga di KOREA SELATAN.....

Ketika suatu siang sesudah dhuhur kami berada di lantai 2 perusahaan tempat kami bekerja, terdengar sayup-sayup suara anak-anak berhitung.... hana, doel, set, net, tasot, yosot dst... kalau dalam bahasa Indonesia artinya... satu, dua, tiga, empat lima dst.

Aku sempatkan melihat keluar lewat jendela untuk mengetahui sedang apakah anak-anak itu. Ternyata ada beberapa anak-anak laki-laki dan perempuan sedang bermain patelele. Aku tertawa geli, ternyata pendapatku selama ini salah... Aku pikir permainan patelele itu hanya dimiliki bangsa Indonesia saja, khususnya Jawa..

Tapi ternyata pendapatku keliru..!! Di Korea Selatan ini, anak-anak juga memainkan permainan patelele. Hanya hitunganya yang tentu saja menggunakan bahasa mereka. Yang lebih menggelikan lagi... ini bukan di desa di pelosok Korea Selatan, tapi di kota..!!

Nampaknya kita harus berpikir luas, bahwa budaya-budaya tradisional itu memang universal. Dan bisa jadi dimana-mana di belahan dunia yang lain juga ada patelele.
Dari peristiwa ini memang agak menggelikan, bayangkan saja.. Korea Selatan yang pasti lebih maju daripada Indonesia, internet sudah menjadi barang murah, anak-anak kecil sudah pada pandai memainkan keyboard computer... Tapi ternyata, diantara anak-anak itu juga masih semangat memainkan patelele. Sedangkan di tempat kita, permaianan tradisional itu mungkin sudah tidak dikenal lagi oleh anak-anak kita.

Permainan patelele adalah permaianan yang mengandung unsur seni dan sportifitas. Dengan demikian bisa mendidik mental anak-anak untuk bersikap saling menghargai lawan, kalau memang menang. Dan juga bernuansa seni, karena butuh ketrampilan seni untuk memainkan pate lele secara indah dan berkualitas.

Contohnya: sebelum dipukul jauh-jauh ke depan, kayu pendek patelele bisa dimainkan beberapa kali di udara dengan pukulan-pukulan ringan. Tentu ini melatih mental anak-anak untuk mengolah rasa dan seni. Olah rasa dan seni inilah yang bisa menimbulkan rasa humanisme di anak-anak...

*)source: Galuharya.wordpress.com